Menelusuri jejak masa
lalu, apalagi ribuan tahun yang lalu tentu
saja bukanlah pekerjaan yang mudah.
Perubahan alam dan waktu acapkali menyirnakan dokumen-dokumen yang semestinya menjadi rujukan melihat masa silam. Apalagi
keterbatasan teknologi di masa lalu
membuat kita kesulitan memaknai peristiwa di massa silam.
Jejak sejarah Madiun di masa lalu harus pula dipahami dengan
konteks waktu kala itu. Untuk menggambarkan wilayah yang kemudian bernama
Madiun, kita dapat merujuk pada sumber data yang tersedia. Ada 3 (tiga) sumber
rujukan yang dipakai dalam penelusuran sejarah kabupaten Madiun , masa lalu,
yakni dari dongeng rakyat/ falklore,
prasasti/dokumen, dan benda-benda purbakala.
Sebagai penanda ( tetengger) dan
termasuk salah satu benda peninggalan purbakala, lazimnya prasasti berupa karya
tulisan yang tepahat pada batu , logam, kulit binatang dan atau bahan –bahan
lain. Bahasa dan huruf yang dipergunakan untuk menulis prasasti, merupakan
bahasa dan huruf yang dipakai pada jaman prasasti itu dibuat.
Di
kabupaten madiun , terdapat banyak prasasti atau peninggalan kuna.
Prasasti itu sangat membantu bafi generasi
sekarang untuk menelusur jejak sejarah masa sailam . Karena dari
prasasti itu biasanya terdapat informasi tentang peristiwa dan tokoh- tokoh
masa silam.
Prasasti Mruwak
Prasasti
ini ditemukan di desa Mruwak . letaknya
di kecamatan Dagangan , kaki bukit gunung wilis. Prasasti tersebut ditemukan oleh mahasiswa jurusan sejarah IKIP di Madiun pada waktu mengadakan kuliah kerja lokal bulan juli tahun 1975 di bawah
dosen pembimbing Drs. Koesdim
heroekoentjoro dan Drs. Arief soekawinoto . Di dalam inventarisasi yang dilakukan oleh dinas purbakala pemerintah Hindia Belanda, tidak
tercantum prasasti tersebut.
Melalui studi komparatif huruf kawi dalam perkembangan abad dapat
ditarik kesimpulan bahwa prasasti Mruwak paling cepat dibuat pada akhir abad X
, bersamaan dengan kejadian historis
dilakukannya pemindahan pusat
kerajaan dari Jawa tengah ke Jawa tumur . kedudukan mula pertama di wilayah kabupaten Madiun
sebelah selatan sebelum kemudian lebih
lanjut dipindahkan ke daerah aliran sungai
brantas atas dasar pertimbangan yang mencakup segi –segi politik,
ekonomi, sosial dan budaya .
Prasasti Sendang Kamal
Sendang kamal adalah nama desa yang termasuk wilayah Kecamatan Maospati kabupaten Magetan lebih kurang 11 Km di sebelah barat kota Madiun . Di pinggir desa itu terdapat sendang sumber air yang di benahi menjadi
kolam pemandian tapi sekarang keadan tidak terawat lagi. Di sana di halaman
kolam sebelah selatan terdapat sebuah batu prasasti .
Prasasti itu di keluarkan pada tahun 991 atas perintah prabhu shri
maharaja teguh dharmawangsa anantawikrattunggadewa yang memerintah kerajaan
medang lebih kurang tahun 987- 1017 . Adapun isi prasasti tersebut merupakan
kutipan dari kitab shiwasana , suatu kitab undang- undang hukum yang mengatur kehidupan kenegaraan dan masyarakat menurut
pandangan ajaran hindhu shiwaisme .
diperingatkan kepada manusia agar selalu taat setia melakukan kewajipanya “ tri dharma bhakti “, berbakti kepada shiwa mahadewa,
negara dan pemerintah serta masyarakat termsuk kebaktian untuk keluarga.
Ditambahkan agar sumber air yang terdapat di situ sebagai lambang kehidupan
dipelihara untuk dapat didayagunakan sebaik-baiknya bagi usaha mencaiptakan
kemakmuran serta kesejahteraan. Prasasti ditutup dengan suatu harapan agar
selalu dijunjung tinggi maksud atau isi yang diundangkan sebagai perintah raja.
Orientasi pemerintahan Prabhu Darmawangsa selalu mengarah pada
kepentingan rakyat, untuk menciptakan kehidupan makmur sejahtera yang adil dan
merata berdasarkan agama Hindu Shiwaisme melalui usaha terutama di bidang
pertanian disamping meningkatkan pula usaha di bidang pelayaran dan perniagaan.
Prabhu Dharmawangsa menyadari betapa pentingnya masalah air bagi usah bercocok
tanam yang tidak kurang dari 90% penduduk hidup dari usaha tersebut. Karena itu
wajar apabila selalu menaruh perhatian pada sumber air dan memrintahkan
pengaturan sebaik-baiknya dala memanfaatkan, di samping membuat saluran-saluran
baru dalam rangka usaha memnuhi kebutuhan irigasi.
Tempat
pemukiman penduduk yang sering ditimpa banjir pada waktu musim penghujan akibat
luapan Sungai Brantas mendapat perhatian secara serius. Usaha penanggulangan
dilakukan denga jalan menanggul membuat dinding bagian tepian sungai yang rawan
serta memukimkan kembali sebagian penduduk di tempat baru.
Dari
keterangan itu jelas bahwa daerah Madiun pada masa pemerintahan Prabhu Shri
Maharaja Teguh Dharmawangsa Anantawikramottunggadewa merupakan bagian dari
kesatuan wilayah kerajan yang sangat potensial di dalam segi geopolitik dan
strategi pembinaan keutuhan wilayah serta ketahanan keamanan kerajaan.
Prasasti Bibrik
Bibrik
suatu desa termasuk wilayah Kecamatan Jiwan Kabupaten Madiun, terletak di
sebelah barat laut lebih kurang 10 km dari Kota Madiun. Sebuah prasasti
diketemulan di sana tergeletak di dalam kebun seseorang penduduk desa dalam
keadaan tidak terpelihara. Disebut Prasasti Bibrik berdasar pertimbangan oleh
karena terletak di desa tersebut seperti halnya prasasti yang diuraikan
terdahulu disebut menurut nama desa tempat diketemukan. Dengan demikian nama
tersebut lahir bukan dari kata-kata yang terdapat dalam prasasti dan bersifat
sementara.
Keadaan huruf sangat rusak, hampir
sepenuhnya tidak dapat dikenal kembali. Beradasarkan tipebatu terutama teknis
corak pahat setelah membandingkan segala sesuatunya denga yang terdapat di
lereng Gunung Lawu ada petunjuk untuk menduga bahwa prasasti tersebut agaknya
dibuat pada tahun-tahun akhir abad XV dan awal abad XVI masa keruntuhan
Kerajaan Majapahit.
Faktor
tenaga manusia yang dimiliki daerah Madiun ternyata cukup besar sebagai sarana
utama dalam kaitannya dengan semua bidang usaha untuk tetap menjamin tegaknya
kerajaan terus menerus. Oleh karena itu sampai masa akhir pemerintahan
Majapahit daerah Madiun dipandang perlu untuk tetap dipertahankan dalam sisa
kerajaan. Diduga latar belakang demikian itulah yang mendorong raja Majapahit
memerintahkan pembuatan Prasasti Bibrik. Bagaimanapun juga prasasti tersebut
belum dapat dipecahkan secara epigrafis dan selama itu pula akan merupakan misteri yang menarik perhatian.
Prasasti Klagen Serut
Disebut demikian oleh karena prasasti tersebut terdapat di Desa Klagen
Serut termasuk wilayah Kecamatan Jiwan Kabupaten Madiun, lebih kurang 6 km di
sebelah barat laut Kota Madiun.
Keadaan fisik dapat dikatakan sama benar dengan Prasasti Bibrik,
bersifat bhimuka yaitu kedua bidang bagian muka dan belakang tempat menuliskan
kalimat-kalimat. Lebih jauh dapat lagi diaktakan bahwa Prasasti Klagen Serut
dan Prasasti Bibrik Kembar Dua. Oleh sebab itu dapat diduga berasal dari
penguasa yang sama dari Kerajaan Majapahit menjelang keruntuhan. Diduga isinya
berupa penegasan kembali tentang kekuasaan raja atas daerah itu dalam
hubungannya dengan pengaruh agama dan kuasa baru Islam yang terus berkembang
meluas yang berpusat di Demak.
Seperti halnya Prasasti Bibrik, Prasasti Klagen Serut, huruf-hurufnya
sudah rusak benar sehingga sulit untuk dapat dibaca kembali. Keadaan demikian
merupakan pokok hambatan untuk dapat dipecahkannya isi serta makna secara jelas
dan selama itu pula akan tetap merupakan tantangan bagi ahli epigrafi.
Sumber : buku
Menelusuri Jejak Masa Lalu Madiun
Foto : https://andrikyawarman.wordpress.com/2016/03/27/prasasti-mruwak/#jp-carousel-36
Komentar
Posting Komentar