Candi Wonorejo, Caruban Madiun.





Tidak banyak yang tahu bahwa di Kabupaten Madiun ada peninggalan purbakala berupa candi, yaitu Candi Wonorejo. Sampai sekarang, ini adalah Candi yang masih terlihat utuh yang ada di Tlatah Madiun. Situs Candi Wonorejo terletak di Dusun Santan, Desa Wonorejo, Kecamatan Mejayan, Kabupaten Madiun. Secara Geografis, batas Timur dan Selatan berbatasan dengan Perkampungan. Sebelah Utara beratasan dengan Puskesmas, sebelah Barat berbatasan dengan Jalan Desa. Secara Astronomi, letak Situs Candi Wonorejo terletak pada titik koordinat, pada 7°34’52.1 LS dan 111°40’44.2 BT dengan ketinggian + 107 meter di atas permukaan laut dengan luas laan + 424,3 m2.

Menurut cerita masyarakat sekitar, Situs Candi Wonorejo dahulu berupa gundukan tanah yang dtumbuhi oleh Pohon Nangka dan Phon Spreh (sejenis pohon beringin). Disamping kedua pohon tersebut, ditemukan juga sebuah batu pahat berbentuk persegi panjang yang menyerupai meja. Konon katanya batu pahat berbetuk persegi panjang yang menyerupai meja. Konon katanya batu pahat tersebut berfungsi tempat untuk meletakkan berbagai macam sesaji, kemudian warga sekitar menjadikan tempat tersebut sebagai punden (Makam tempat dhayang/penemu yang membuka wilayah pertama kali). Warga sekitar juga membangun sebuah rumah/pendopo di sebelah gundukan tanah tersebut sebagai tempat untuk menyelenggarakan acara Bersih Desa/Sedekah Bumi setiap tahun sebagai ungkapan rasa syukur kepada Sang Pencipta. Acara Bersih Desa/Sedekah Bumi biasa dilaksanakan pada bulan Suro/Muharam.

Nasib Punden Desa ini segera berubah saat Pak Sukarto Simun mendapat wangsit dalam mimpinya untuk “mendirikan rumah” mbah Buyut Resi Santanu Murti (Mbah Buyut Bejo) pada 30 Juni 1989. Saat penggalian ini, Pak Sukarto menemukan Yoni besar dalam posisi rebah. Kemudian pada 16 Maret 1996, Dinas Suaka Purbakala Jawa Timur melakukan penelitian di tempat ini. Di tahun 1997 – 1998 Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Jawa Timur mengadakan penelitian lanjutan termasuk pemugaran, pembangunan atap pelindung dan pagar pembatas candi. Setelah itu, Pak Sukarto yang berprofesi sebagai dalang didaulat sebagai juru pelihara Candi Wonorejo.

Mengunjungi Candi Wonorejo tak terlalu sulit. Letaknya tak jauh dari Caruban yang merupakan pusat pemerintahan Kabupaten Madiun. Posisi Candi Wonorejo sendiri hanya terpaut sekitar dua kilometer dari jalan provinsi yang menghubungkan Yogyakarta – Surabaya. Dari arah Nganjuk atau Surabaya, terus saja melewati Saradan dan sebelum memasuki Caruban, di sebelah kiri jalan terdapat Kantor Imigrasi Pemkab Madiun (letaknya sebelum Terminal Bis Caruban). Jika dari arah Madiun, maka letak pertigaannya sebelum Kantor Imigrasi.

Setelah Kantor Imigrasi, terdapat pertigaan kecil, belok kiri melewati rel kereta api, setelah itu lurus saja sampai melewati jembatan. Sehabis jembatan dan mentok di ujung jalan, belok kiri, lurus saja melewati jalan yang ada. Kalau menemukan percabangan jalan, tetap gunakan jalur lurus atau tengah. Setelah melewati pemakaman Cina, maka kita telah sampai di Desa Wonorejo. Tak jauh dari sini sudah ada papan petunjuk ke arah Candi.

Di bagian teratas atau tengah candi terdapat struktur dinding bata berbentuk persegi dengan lubang di tengahnya yang kemungkinan dulunya merupakan sumuran Candi. Di dalam sumuran Candi ini terdapat Lingga serta Yoni. Lingga dan Yoni ini biasanya diletakkan di atas sumuran candi dan entah mengapa disini di letakkan di dalam sumuran. Pada ke-empat sudut struktur bata sumuran candi terdapat empat batu andesit yang digunakan sebagai umpak penyangga tiang atap Candi Wonorejo. Ke-empat batu andesit sudah jelas – jelas bukan umpak dan merupakan batuan komponen.

Yoni merupakan personifikasi alat kelamin wanita, menggambarkan Dewi Uma, salah satu istri Dewa Siwa. Lingga merupakan personifkasi alat kelamin pria dan merupakan penggambaran Dewa Siwa. Lingga dan Yoni merupakan lambang kesuburan. Biasanya, air akan dicurahkan dari atas Lingga, lalu mengalir keluar dari lubang Yoni dan ditampung dalam wadah di bawahnya. Air ini dianggap air suci dan digunakan sebagai pelengkapan suatu upacara agama.

Dengan adanya Lingga – Yoni ini, sudah dapat dipastikan bahwa Candi Wonorejo merupakan Candi Hindu. Di halaman belakang Candi terdapat beberapa arca dari batu andesit dalam keadaan aus atau rusak berat. Kemungkinan arca tersebut merupakan Arca Ganesha. Biasanya, arca Ganesha berada di sebelah timur atau barat relung candi. Sementara di sisi Selatan di isi Arca Agastya dan di sebelah utara di isi Arca Durga.

Diskripsi Candi Wonorejo
1.) Bangunan Batu Bata Merah berukuran sekitar 14 x 14 m
2.) Terdiri dari 3 undakan/teras
3.) Bagian atas berupa Lingga dan yoni berukuran besar terbuat dari batu andesit.
4.) Lingga berukuran tinggi 70 cm dan lebar 31 cm, Yoni panjang 163 cm, lebar 120 cm dan tinggi 92 cm berat keduanya kira-kira 2000 kg.
5.) Menghadap ke barat, cerat yoni menghadap ke utara.
6.) Diperkirakan dilengkapi arca Durga di utara, arca Ganesha di timur, arca Siwa / Mahaguru di selatan ( sampai sekarang belum diketemukan)
7.) Di keempat sudut candi ada umpak, sebagai penyangga tiang candi.

Sebenarnya situs Candi ini bisa digunakan sebagai destinasi wisata sejarah. Dengan infrastruktur jalan yang sudah bagus menuju lokasi, harusnya Pemkab Madiun bisa membangun berbagai fasilitas pendukung lainnya, dan mengadakan kegiatan-kegiatan untuk mensosialisasikan keberadaan Candi Wonorejo ini. Selain itu dalam petunjuk pelaksanaan penggunaan Dana Desa, menyatakan bahwa Dana Desa bisa digunakan untuk membangun desa wisata , yang bertujuan untuk meningkatan Pendapatan Asli Desa (PADes), maka situs Candi ini bisa juga dijadikan sebagai Wisata Desa.

penelitian-penelitian tentang Situs Candi Wonorejo ini sangat diperlukan, mengingat masih minimnya informasi tentang Candi ini, agar candi ini juga bisa digunakan sebagai sarana edukasi bagi para pelajar di sekolah-sekolah Madiun dan sekitarnya, dengan cara belajar sejarah secara langsung ke lokasi, sehingga sejak dini sudah ditanamkan untuk mencintai dan melestarikan kebudayaan bangsa.
Sumber referensi:
1. http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/…/situs-candi-wonorejo-m…/
2. http://satriotomo-gombal.blogspot.co.id/
3. https://museummadiun.wordpress.com/2014/…/28/candi-wonorejo/
foto-foto : Arif Gumantia

Komentar